Minggu, 27 Februari 2011

Belajar dari Seorang Bayi

Pernah gak selama ini berpikir bahwa seseorang semakin dewasa, semakin selalu ingin mencari untuk membentuk zona nyamannya . Rasa ingin tahu, ketertarikan akan suatu hal, ingin mengambil resiko, dan ketulusan seolah-olah merupakan hal yang sudah langka atau bahkan tidak dapat ditemui dari seorang manusia yang telah dewasa.

Hari itu adalah H+3 setelah lebaran. Saya sekeluarga pun bersilaturahmi ke rumah saudara. Hmm…. ternyata keponakan saya ada banyak ya hahah sampai-sampai gak hafal siapa aja nama-namanya . Kebanyakan mereka memang masih berusia balita dan baru masuk sekolah dasar. Pada hari itu saya melihat bayi kecil yang sedang tumbuh menjadi balita. Rayyan namanya, berusia kurang lebih 1,5 tahun.

Senyum lebar selalu tertoreh di pipinya . Saat itu, baru saja ketika kami masuk ke dalam ruang tamu, Rayyan ini berlari menuju ke ruang tamu dengan antusiasnya dan menyambut kami . Tanpa rasa takut dia pun langsung memberikan canda tawanya kepada kami yang baru saja datang. Bukan itu saja, banyak hal dan peristiwa yang saya pelajari dari Rayyan, salah satunya adalah dia selalu ingin mengetahui hal-hal baru. Bagaimana dia selalu mengamati dan memandangi kami dengan wajah lucunya yang mungkin di dalam benaknya adalah wajah-wajah baru bagi dia. Dan selalu ingin ikut bermain dan memencet stick Play Station ketika Kami bersama-sama sedang bermain League Winning Eleven. Kadang-kadang ada hal-hal lucu yang dilakuakannya, salah satunya adalah memberi saya satu potong cheese stick kepada saya , lalu dia pun berlari kembali ke pelukan ibunya. Dalam pikiran saya, betapa masih tulus dan polosnya anak ini. Secara tidak langsung, hal ini merupakan proses ingin berteman, ingin bersahabat, dan ingin mengenal dengan orang-orang baru di lingkungannya. Anak ini mengajarkan satu hal lagi kepada saya, bahwa berteman dan bersahabat tidak dilandasi dengan suatu latar belakang yang sama, tidak dilandasi juga dengan motivasi keuntungan ataupun benefit yang didapat, akan tetapi didasari pada suatu hal yang simple tetapi jarang ditemukan sekarang ini yaitu suatu ketulusan yang terpancar dari seoarang anak bayi yang sedang beranjak menuju balita .

Selain itu, ketika ayahnya menuju ke dapur ingin membuatkan minuman buat kami, Rayyan berlari mengikuti Bapaknya, dan apa yang terjadi? Si Rayyan pun terjatuh dan tersandung di dekat aquarium ikan yang selalu dia tunjukkan kepada kami untuk memperlihatkan ikan-ikannya. Akan tetapi, dia tidak menangis, bahkan dia tersenyum , dan dia terus mengejar ayahnya menuju ke dapur. Satu hal lagi yang diajarkan dari seorang Rayyan, bangkit dari suatu kegagalan tanpa berkeluh kesah.

Hal-hal di atas sepele memang, tetapi tidak ada salahnya jika kita kembali berpikir bahwa seorang anak bayi dapat mengajarkan kita dari hal-hal yang kecil tadi yang sepertinya sudah jarang ada pada seorang manusia yang telah dewasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar