Senin, 28 Februari 2011

Banyak Perempuan Tak Bahagia dengan Pernikahannya?

Penelitian di Inggris menemukan fakta bahwa pasangan merasakan kebahagiaan terbesar saat mereka menikah, belum punya anak, bisa mengejar pendidikan setinggi-tingginya, si pria memiliki pekerjaan, dan usia pernikahannya kurang dari lima tahun. Namun kebahagiaan ini menurun tajam pada perempuan. Survei yang melibatkan 100.000 orang dari 40.000 rumah tangga ini menunjukkan perempuan lebih cepat merasa tak bahagia dengan pernikahannya, dibandingkan laki-laki.

Penelitian yang menghabiskan dana 49 juta euro atau lebih dari 600 trilyun rupiah ini diadakan oleh Economic and Social Research Council, dengan metode wawancara tatap muka dan telah dimulai sejak 2009 lalu.

Menanggapi temuan ini, banyak pakar hubungan berpasangan meyakini perempuan lebih banyak berusaha dalam mempertahankan hubungan dibandingkan laki-laki. Perempuan lebih sering berurusan dengan pengaturan rumah tangga, dan lebih peduli dengan momen spesial dalam hubungan seperti ulangtahun pernikahan atau bahkan ulangtahun pasangannya.

Satu lagi penelitian di Inggris dilakukan dengan melibatkan 14.000 rumah tangga pada 2009. Kali ini, polling dilakukan kepada pasangan untuk memberi ranking pada pernikahan mereka. Pilihan level kebahagiaan pernikahan dalam jajak pendapat di antaranya bahagia sempurna, luar biasa bahagia, sangat bahagia, bahagia, dan tidak bahagia.

Hasil penelitian menemukan 55 persen pria bahagia luar biasa dengan pernikahannya dan 57 persen perempuan menyatakan hal yang sama, pada lima tahun pertama usia pernikahan. Dalam 11 tahun usia pernikahan, perempuan tidak sebahagia seperti laki-laki. Saat pasangan memasuki usia 40 tahun, hanya 26 persen perempuan yang mengatakan mereka bahagia luar biasa, dan 33 persen menyatakan hal serupa.

Menurut psikolog Dr Pam Spurr, ketidakpedulian pria termasuk dalam menjaga penampilannya setelah menikah menjadi sumber masalah ketidakbahagiaan pasangan menikah ini. Pria, setelah menikah, cenderung kelebihan berat badan dan tak memedulikan penampilannya.

"Perempuan cenderung mulai mempertanyakan hubungan pernikahan saat memasuki usia 5-6 tahun pernikahan. Mereka mulai menyadari mereka lah yang lebih sering merawat hubungan dibandingkan laki-laki, meski baik perempuan maupun laki-laki sama-sama meniti karier," jelas Spurr. Ia menambahkan, pria seharusnya lebih metroseksual dalam penampilan dan turut berperan merawat hubungan pernikahan dengan lebih memperhatikan perempuan.

Kenyamanan yang dirasakan pria dari hubungan pernikahan lantas membuatnya melupakan romantisme yang dibutuhkan perempuan. Inilah yang menjadi penyebab mengapa perempuan lebih cepat merasa lelah dan tak bahagia lagi dengan pernikahannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar