Senin, 22 April 2013

Rambut Kepala Bisa Deteksi Penyakit Jantung Lho

Pemeriksaan darah dan tekanan jantung adalah metode umum yang biasa dilakukan untuk mendeteksi apakah seseorang terkena penyakit jantung.
Rambut-Kepala-Bisa-Deteksi-Penyakit-Jantung-Lho
Namun, baru-baru ini penelitian menemukan cara yang lebih efisien dari dua cara di atas untuk mendeteksi kemungkinan seseorang terkena penyakit jantung, yaitu dengan melihat rambutnya.
Menurut peneliti, rambut menyimpan berbagai informasi penting seputar kondisi kesehatan tubuh, termasuk informasi mengenai tingkat stres berdasarkan kadar kortisol seseorang yang bisa digunakan untuk menetukan risiko penyakit jantung.
Dr Laura Manenschijn dari Erasmus MC di Rotterdam, Belanda menyatakan, “ Kadar kortisol yang tinggi merupakan sinyal penting bahwa seseorang berpotensi terkena penyakit jantung, mengingat rambut dan kulit kepala dapat memberikan informasi perubahan kadar kortisol.”
Hasil penelitian ini didapat setelah peneliti mengukur kadar kortisol 283 orang berusia 65-85 tahun selama 3 bulan melalui sampel rambut kepala sepanjang 3 cm. Partisipan yang memiliki kadar kortisol tinggi pada rambutnya memiliki riwayat penyakit jantung, stroke, dan diabetes.

Waspada! Pakai Kosmetik Bisa Picu Menopause Dini

Menurut sebuah penelitian, bahan kimia yang terkandung di alat make-up atau kosmetik, hairspray dan pembungkus pada makanan kemasan bisa menyebabkan wanita mengalami menopause dini.
Waspada!-Pakai-Kosmetik-Bisa-Picu-Menopause-Dini
Para peneliti di Washington University, Missouri menemukan bahwa kelompok bahan kimia yang dikenal sebagai pthalates bisa ditemukan dalam plastik, kosmetik, produk rumah tangga dan pembungkus makanan. Semua ini bisa mengganggu sistem reproduksi wanita, termasuk indung telur, dan menyebabkan menopause dini.
Menurut penelitian sebelumnya, pthalates sudah diduga bisa meningkatkan risiko kanker, diabetes dan obesitas. Penelitian ini menemukan bahwa wanita yang terkena dosis tinggi akan mengalami menopause hampir dua setengah tahun sebelum wanita normal lainnya.
Penelitian ini juga mengamati tingkat pthalates dalam darah atau urine dari 5.700 wanita. Wanita yang memiliki jumlah tertinggi pthalates ditemukan mengalami menopause lebih awal dengan rata-rata 2,3 tahun sebelum wanita pada umumnya. Usia menopause biasanya terjadi pada 51 tahun, sehingga wanita yang terkena tingkat tertinggi bisa mengalaminya pada 49 tahun.
Menurut Dr. Natalia Grindler, beberapa wanita mungkin akan mengalami menopause 15 tahun lebih awal, di pertengahan 30-an. Menopause dini juga terkait dengan risiko yang lebih tinggi terkena stroke, penyakit jantung, masalah tulang dan pendarahan otak fatal.
“Menopause dini memiliki banyak dampak pada kesehatan Anda. Menurut penelitian kami, bahan kimia ini memiliki potensi untuk mempengaruhi fungsi ovarium dan reproduksi manusia,” ujar Grindler seperti dikutip Dailymail.co.uk.
Sayangnya, penelitian ini belum bisa menjelaskan mengapa beberapa wanita bisa terkena tingkat yang lebih tinggi dari bahan kimia tersebut. Kemungkinan, wanita tersebut memakai make-up, minum air botol atau sering konsumsi makanan kemasan secara berlebihan.
Para ahli juga mendesak para wanita untuk tidak perlu terlalu khawatir. “Kekhawatiran saya belum terlalu tinggi pada tahap ini. Paparan phthalate ada di mana-mana dan dengan demikian, kita tidak mungkin untuk menghindarinya. Konsumsi makanan segar dan tidak berbungkus bisa mengurangi paparan phthalate, tetapi tidak akan menghilangkannya,” jelas Profesor Richard Sharpe, ahli kesehatan reproduksi di University of Edinburgh.

Supaya Anak Semakin Percaya Diri

Kepercayaan diri anak memang harus ditingkatkan. Pasalnya, percaya diri (PD) mengantarkan kesuksesan bagi anak di masa depan.

Orangtua tak perlu repot-repot mendaftarkan Si Kecil di ajang pencarian bakat. Cukup memupuknya dari rumah.

"PD anak muncul dari rumah, berupa tanggung jawab," jelas psikolog keluarga, Rosdiana Setyaningrum, MPsi, MHPEd, yang ditemui Ghiboo beberapa waktu lalu.

Diana menjelaskan bahwa memberikan tanggung jawab terhadap pekerjaan di rumah bisa menjadi caranya.

Pada usia 1-3 tahun merupakan masa-masa anak ingin mandiri, mulai dari mandi sendiri atau memakai baju sendiri.

Ketika dirinya merasa mampu, anak akan inisiatif (usia 4-5 tahun). Di masa ini anak akan melakukan sebuah pekerjaan tanpa diperintah, seperti membereskan tempat tidurnya sendiri.

"Pekerjaan yang gampang, kemungkinan untuk gagalnya sangat kecil. Sehingga anak PD bahwa dirinya mampu menanganinya," jelas Diana.

Pada usia 6-12 tahun, lanjut Diana, anak harus berprestasi. Jika tidak, akan susah sekali membuat anak menjadi PD saat SMP.

"Anak-anak selalu merasa dirinya bisa mengerjakan semuanya sendiri. Cuma orangtua saja yang tidak mengizinkan. Biarkan dan berikan pujian ketika anak berhasil melakukan hal tersebut. Keberhasilan inilah yang bikin PD anak menumpuk," tambah Diana.